Menulis. Menyebarkan. Saling menginspirasi.

Perbaiki diri sendiri sebelum mengkoreksi orang lain

Di bagian belakang ruangan itu, para mahasiswa/i ngobrol satu dan yang lain, ada yang mengunyah permen karet, ada yang makan roti, ada yang main laptop untuk mengerjakan laporan praktikumnya, ada yang main Handphone, dan ada pula yang tidur.



Ketika saya semester 4, salah satu dosen berpesan ‘‘jika sedang dalam perkuliahan lebih baik mahasiswa tidur, daripada mengobrol satu sama lain’’. Kenapa? Karena mengobrol itu dapat mengganggu mahasiswa lain di sekitar yang (barangkali) fokus mendengarkan dosen.

Bukankah lebih baik semuanya mendengarkan, tanpa ada yang tidur maupun ngobrol? Ya, idealnya begitu, semua mendengarkan. Akan tetapi pada kenyataannya, jadwal kuliah yang masih pagi (07.00) atau siang hari (13.30) menjadi kambing hitam bagi mahasiswa/i untuk tidur dikelas. Kalau sudah ngantuk tapi tidak tidur?  Kemungkinan mahasiswa/i tersebut akan ngobrol, karena apabila mendengarkan dosen, kantuknya malah bertambah.

Selain tidur dan ngobrol, hal lain yang sering dilakukan mahasiswa/i ketika tidak mendengarkan dosen adalah main laptop/main hp/dsb. Apa hal ini salah juga? Bukan salah, tapi tidak tepat. Ketika dosen menjelaskan, sudah pasti ia ingin di dengarkan (walaupun ada beberapa dosen yang hanya menjelaskan tanpa peduli di dengarkan atau tidak). Ketika mahasiswa/i mendengarkan apa yang ia (dosen, red) katakan, itu adalah ketenangan tersendiri bagi si dosen. Kok bisa gitu? Ya iya. Coba aja kamu yang berdiri di depan, misalnya pas presentasi. Pada saat itu juga, temen-temen kamu pada main hp, main laptop, tidur, ngobrol, dan lainnya. Apa perasaan kamu? Pasti kecewa.

Emang kamu ga pernah tidur, ngobrol, main hp? Saya sering melakukan itu, bahkan cabut kelas pun pernah. Tapi, apa iya hal yang tidak baik ingin terus diulang, dengan alasan ‘ ‘’kamu aja begitu, masa aku ga boleh’’. Pada dasarnya, semua kembali pada hak masing-masing. Tapi ingat, beruntung itu bila hari ini lebih baik dari hari kemarin.

Sebenarnya buat apa sih buat tulisan begini? Mau menjelekkan orang lain? Udah ngerasa paling benar? Oooh tentu tidak, saya kan udah bilang kalau saya sering melakukan itu (tidur, ngobrol, main hp, main laptop).

Lah terus tujuannya apa? Coba deh perhatiin, berapa banyak mahasiswa/i yang mengkritik para aparatur pemerintahan karena tidur dalam ruangan ketika sedang rapat? Jawabannya, banyak. Perhatiin lagi, berapa banyak mahasiswa/i yang mengkritik aparatur pemerintahan karena tidak hadir rapat? Jawabannya, banyak. Nah trus, dari yang banyak itu (mahasiswa/i, red), berapa persen mahasiswa/i yang bener-bener tidak melakukan apa yang ia kritik, maksudnya, berapa persen mahasiswa yang bener-bener fokus saat perkuliahan, berapa persen mahasiswa/i yang tidak Titip Absen (TA).

            
Ya kaan kita kritik aparatur pemerintahan karena mereka itu wakil rakyat, yang memimpin kita, masa suka-suka hati mereka aja bertingkah laku? Saya sependapat, emang yang dilakukan aparatur pemerintahan yang tidur ataupun suka ga hadir dalam rapat itu adalah hal yang ga baik. Tapi, bukankah beberapa dari mahasiswa/i sekarang akan menjadi mereka (aparatur pemerintahan). Nah, jika sudah jadi aparatur pemerintahan, apa iya bisa tidak melakukan apa yang sekarang dikritiknya?

Saya kasih contoh. . .
Pernah di suatu perkuliahan dosen saya bercerita bahwa karya tulisannya dijiplak oleh pihak lain tanpa mencantumkan nama beliau (nama dosen saya, red). Mendengar hal tersebut, beberapa mahasiswa/i di kelas terlihat sedikit kecewa sambil tertawa kecil (tertawa karena si penjiplak ternyata adalah seorang dosen, jadi inti ceritanya adalah dosen njiplak karya tulisan dosen). Namun, fokus saya kali ini bukanlah pada beberapa mahasiswa/i tersebut, melainkan hanya pada seorang mahasiswi yang duduk di dekat saya. Mahasiswi itu ikut serta dalam kecewa dan tertawa kecil tadi, namun setelah itu apa yang dilakukannya? Ia kembali melihat laptopnya untuk mengerjakan tugas mata kuliah lainnya. Dalam mengerjakan tugas tersebut, si mahasiswi ini mengutip dari beberapa website, atau lebih tepatnya blog. Setelah tulisan di blog berhasil di copy paste, si mahasiswi menutup blog tersebut dan berfokus pada perbaikan copy pastenya (umumnya, kalau copy paste dari blog ke Ms. Word, pasti fontnya berantakan). Setelah memperbaiki tulisan tersebut, si mahasiswi men-shutdown laptopnya --berhubung perkuliahan sudah mau selesai. Dalam serangkaian peristiwa itu, saya tidak melihat si mahasiswi ada menulis nama si pemilik blog/penulis blog yang di kutipnya dalam lembar tugasnya. 



Tapi semoga saja saya yang salah, saya yang tidak melihat kalau si mahasiswi menulis nama si pemilik blog/penulis blog di lembar tugasnya.



Intinya, mari perbaiki diri sendiri, dengan begitu lingkungan juga akan membaik.


. . . . . . . . Toast 
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Juragan

Popular Posts