Menulis. Menyebarkan. Saling menginspirasi.

Dieng, antara rasa takut dan bahagia

Selain suka bermimpi, hobi Rendra yang lain adalah jalan-jalan. Rendra berharap bisa keliling Indonesia sebelum ia masuk di dunia kerja. Oleh karena itu, setiap kali ada libur panjang ia sempatkan untuk berjalan-jalan, baik dalam kota ataupun ke luar kota. 


Dalam perjalanannya, Rendra ditemani oleh ‘dudung’, yaitu sepeda motor automaticnya yang dibeli tahun 2008.

Gambar 1. Dudung sedang berganti 'kaki'



Salah satu tujuan perjalanan Rendra kali ini adalah Dieng, sebuah daerah dataran tinggi yang terdapat di wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Alasan Rendra memilih Dieng sebagai tujuan perjalanannya hanya karena ia melihat foto di facebook temannya yang sedang melihat sunrise di atas Bukit Sikunir (letaknya di Dieng). 

Rendra yang dalam hidupnya belum pernah melihat sunrise, akhirnya memutuskan untuk pergi ke Bukit Sikunir tersebut. Hal yang pertama dilakukan Rendra adalah menghubungi teman facebooknya tersebut, untuk bertanya-tanya mengenai penginapan dan informasi lainnya. 

Setelah informasi didapatkan, Rendra browsing lewat google maps untuk mengetahu rute perjalanan Yogyakarta menuju Dieng, karena pada dasaranya ia sama sekali tidak tau Dieng itu ada dimana.


Gambar 2. Hasil Browsing Yogyakarta -Dieng

Rendra menentukan bahwa tanggal 14 Februari 2011, ia akan berangkat ke Dieng. Sambil menunggu datangnya tanggal tersebut, Rendra terus mencari teman perjalanan -selain Dudung-. Namun, usaha Rendra tidak berhasil, teman-temannya tidak ingin berpergian jika hanya berdua saja. Akhirnya Rendra memutuskan untuk pergi sendirian ke Dieng.

Tiba saatnya tanggal 14 Februari 2011, sebelum melakukan perjalanan terlebih dulu Rendra menservis si Dudung -agar aman selama perjalanan-. Ketika menservis, Rendra ditanya-tanya oleh sang mekanik

Mekanik : Mau pergi kemana mas? 'Mekanik membuka pembicaraan'

Rendra : Ke Dieng mas, mau jalan-jalan. 'Sahut Rendra' sembari balik bertanya 

Rendra : Kalau dari sini (Yogyakarta) ke Dieng itu jauh nggak ya mas? 

Mekanik : Oh lumayan mas, 'masnya berangkat sendirian? 'Mekanik bertanya dengan ragu'

Rendra : Iya , ga ada temen yang bisa diajak nih mas. 'Rendra menjawab sambil mulai khawatir'

Mekanik : Naik motor ini mas ke Diengnya? 'Tanya Mekanik sambil menunjuk Dudung'

Rendra : Iya mas, kan kalau naik motor matic itu enak dijalannya. 'Jawab Rendra membela Dudung'

Mekanik : Nanti hati-hati dijalannya mas, jalanan ke Dieng itu naik turun, dan ini juga udah sore.

Rendra : iya, terima kasih mas. 'Menjawab dengan lugu tapi khawatir karena ternyata hari kian gelap'

Akhirnya Dudung selesai diservis. Kemudian Rendra keluar dari bengkel tersebut.

Pas di depan bengkel Rendra mengalami dilema, antara jadi pergi dan tidak. Saat itu ia melihat ke kiri -untuk kembali pulang ke kosnya-, dan melihat ke kanan -untuk berangkat ke Dieng-. Lumayan lama Rendra berdiam bingung di depan bengkel tersebut, hingga pada akhirnya ia tekadkan untuk belok ke kanan (berangkat ke Dieng). 

Perjalanan dimulai dengan melewati Jl. Magelang, kemudian Magelang, Lalu Temanggung, Wonosobo, hingga akhirnya Dieng. 

Perjalanan terlihat sangat mulus, namun sebenarnya tidak. Banyak hal unik yang dialami Rendra dalam perjalanannya ke Dieng dari Yogyakarta. Hal unik itu adalah . . . .

1. Hampir di setiap pom bensin tempat Rendra berhenti -baik untuk isi BBM ataupun buang air-, Rendra selalu bertanya arah Dieng -untuk memastikan bahwa ia tak salah jalan-.

2. Rendra membawa sebuah buku kecil, yang isinya adalah peta perjalanan Yogyakarta menuju Dieng yang ia gambar dari Googlemaps.

3. Sesampainya di Wonosobo, Rendra tersesat, hingga harus muter kota Wonosobo satu kali.

4. Ketika tersesat itu, Rendra mampir di sebuah mini market, untuk membeli makanan -padahal tujuan utamanya buat nanya arah jalan :D-

5. Kasir pada mini market tersebut memberitahu Rendra bahwa masih cukup jauh untuk sampai Dieng, dan menyarankan untuk beristirahat di Wonosobo dulu karena hari sudah gelap. Namun Rendra tidak menghiraukan saran tersebut, walau sebenernya ia takut.

6. Setelah tau arah jalan yang benar, Rendra melanjutkan perjalanannya. Tapi ga berapa lama ia berhenti di Alun-alun Wonosobo -karena kelupaan arah jalan-

7. Ketika di Alun-alun Wonosobo, Rendra yang mukanya lesung -akibat perjalanan-, bertanya pada beberapa remaja yang sedang nongkrong. Para remaja tersebut melihat rendra sedikit takut, hingga akhirnya mereka cepat-cepat menunjukkan pada Rendra dimana arah menuju Dieng.

8. Tanjakan Dieng membuat Rendra benar-benar takut, ditambah saat itu hari sudah gelap -jalanannya sepi dan gelap-. Rendra kemudian memaksa Dudung untuk berlari dengan cepat, namun Dudung yang sudah tua hanya bisa berlari 40km/jam ketika tanjakan. Ketakutan Rendra menjadi-jadi ketika ada mobil lewat dari belakangnya -Rendra mengira akan dibunuh dijalan-. 


Sesampainya di Dieng, Rendra langsung menuju ke penginapan. Karena belum ada makan selama perjalanan -kurang lebih selama 6 jam- , Rendra  lalu memesan mie instan rebus + telur + nasi dan segelas teh hangat.




Gambar 3. Hidangan hangat sesaat sampai penginapan

Setelah menyelesaikan makannya, Rendra diajak untuk ngobrol-ngobrol dulu sebelum tidur oleh si pemilik penginapan. Seusai mengobrol, Rendra kemudian masuk ke kamar untuk beristirahat. 

Kamar tersebut di fasilitasi sebuah selimut yang tebal, walaupun begitu, tetap saja dinginnya Dieng membuat badan Rendra menjadi gigil. Walaupun begitu, karena sudah terlalu lelah, perlahan Rendra mulai tertidur lelap.

Pagi hari tiba (15 Februari 2011 pukul 04.00), ini adalah waktunya  Rendra akan pergi ke Bukit Sikunir, ditemani oleh si pemilik penginapan -sebagai guide-. 

Perjalanan dari penginapan ke Bukit Sikunir sangat sepi, gelap, dan sangat dingin. Rendra kemudian menjadi parno -mengira bakal dibunuh oleh guidenya ketika dalam perjalanan-. Oleh karena itu, ia terus melihat lewat spion motornya untuk mengetahui gerak-gerik guidenya, sambil terus berharap ia tidak akan diapa-apain. 

Tak lama kemudian sampailah Rendra di kaki Bukit Sikunir -sangat lega karena tidak diapa-apain-. Dari kaki bukit ia lanjutkan perjlanan dengan berjalan kaki sendirian  ke puncak Bukit Sikunir -karena tidak punya uang untuk minta ditemani guide-. 

Saat itu Rendra merasa  benar-benar bahagia, apa yang ia inginkan telah ia capai, yaitu berada di Bukit Sikunir untuk melihat sunrise.



Gambar 4. Pemandangan dari puncak Bukit Sikunir

Pada saat itu cuacanya mendung, sehingga sunrise yang diidam-idamkan oleh Rendra tak kunjung muncul, padahal ia sudah menunggu lebih dari 30 menit. Walaupun begitu, Rendra tetap merasa bahagia karena sudah bisa sampai di puncak Bukit Sikunir. 


Rendra terus mengambil foto pemandangan dari atas Bukit Sikunir -untuk dokumentasi perjalanannya-.



 
Gambar 5. Beberapa foto pemandangan dari puncak Bukit Sikunir

Karena hari semakin siang dan sunrise yang diharapkan tak kunjung muncul, Rendra kemudian memutuskan untuk pulang. Sambil dalam perjalanan menuruni Bukit Sikunir, Rendra masih terus mengabadikan momen-momen tak terlupakan tersebut -bisa sampai di Bukit Sikunir-.







 
 Gambar 5. Beberapa foto pemandangan ketika turun dari puncak Bukit Sikunir

Setelah sampai di kaki Bukit Sikunir, Rendra langsung bergegas ke penginapan -bersama guidenya-. Setelah itu ia membayar tagihan penginapan dan juga makanannya.

Merasa belum cukup menikmati Dieng, Rendra kemudian berpamitan dengan pemilik hotel untuk berkeliling-keliling sebelum pulang ke Yogyakarta. Dengan alasan yang sama, yakni keterbatasan uang, Rendra memilih berkeliling sendirian menuju tempat wisata lainnya yang ada di Dieng.


Gambar 6. Peta Wisata Dieng

Dari keseluruhan tempat wisata yang ada di Dieng -Selain Bukit Sikunir-, yang dikunjungi oleh Rendra adalah 


1. Telaga Warna
Gambar 7. Telaga Warna

2. Kompleks Candi Arjuna



Gambar 8. Kompleks Candi Arjuna

3. DPT (Dieng Plateau Theater)


Gambar 9. DPT (Dieng Plateau Theater)

Selain keterbatasan uang, Rendra juga punya keterbatasan lain, yaitu waktu. Karena esok harinya Rendra harus kembali kuliah, akhirnya Rendra hanya bisa menikmati 3 tempat wisata lain di Dieng -Selain Bukit Sikunir-. 

Benar-benar perjalanan yang tak terlupakan, Dieng menjadi saksi antara rasa takut dan bahagia yang dialami seorang mahasiswa, yaitu Rendra.



Gambar 10. Dudung 'berpose' sebelum meninggalkan Dieng



Share:

2 komentar:

  1. wah saya rencana bsk berangkat ber2 ke dieng, kok jd semakin penasaran ma takut ia mas (tkt dibunuh, wkwkwkwkw).. hahaha thx infonya..

    BalasHapus
  2. mas bro... aku dan 2temenku mau berangkat ke Dieng, tapi kami bertiga takut dibunuh! gimana dong?? tolong dibantu dong, mas bro?

    BalasHapus

Juragan

Popular Posts