Merayakan tahun baru? Terjadi kontroversi sebaiknya
bersenang-senang atau refleksi diri? Membuat resolusi atau evaluasi resolusi di
tahun yang lalu? Aduuuuuuuuh. Saya tidak seberat itu. Tahun baru itu bagi saya
hanya pergantian hari saja. Hal yang membedakan adalah apakah berkumpul dengan
keluarga atau teman, ada acara bakar-bakar/main kembang api atau tidak. Kembali
lagi, hanya pergantian hari.
Di tahun 2014, tentu saja banyak hal
yang telah terjadi. Bahagia, senang, sedih, khawatir, cemas, gundah gulana,
galau, bimbang, resah, suka duka, berantem,
damai, senyum, manyun, tertawa, menangis, dan lain sebagainya. Tapi tapi tapi, tulisan ini
bukan bahas mengenai kesan dan pesan 2014 ke 2015. Itu adalah personal issue XD.
Saya akan menceritakan bagaimana Great Escape at the end of 2014 terjadi. Sebuah perjalanan
di akhir tahun. Dan menurut pengalaman, ini adalah hal yang baru. Sangat
menyenangkan. Ingin rasanya untuk mengulangi kembali.
Perjalanan dimulai dari terbitnya ide
oleh Jatu yang ingin merayakan pergantian tahun baru. Dengan mengajak beberapa teman, akhirnya
didapatkan komposisi yang cukup seimbang, antara banyaknya cowok dan cewek.
Pantai yang dimaksud berlokasi di Kabupaten Gunungkidul. Kabupaten ini terkenal
dengan wisata pantainya. Sangat banyak dan bervariasi. Tinggal sesuaikan
tujuan. Untuk berkemah, berenang, hanya main air, beli souvenir, makan seafood,
atau lainnya. Meskipun tujuan sudah jelas, yaitu berkemah, kami belum menentukan
pantai mana yang akan didatangi.
Ketika akan berangkat, saya tiba-tiba
harus membatalkan janji dengan Jatu. Berhubung mendapatkan tugas yang harus
segera dikumpulkan. Beberapa menit berlalu (mungkin juga sudah beberapa jam),
saya putuskan untuk kembali pada rencana. Konfirmasi
lagi ke Jatu bahwa tetap join. Sangat plin plan. Dan tentu saja, akibatnya mendapatkan bully yang cukup dalam. Jatu dan
teman-teman yang lain kompak mengatakan bahwa mobil sudah penuh. Ketika saya
sms cancel, mereka telah mencari
pengganti. Kesimpulannya, saya tidak bisa ikut akibat keputusan yang plin plan.
Dipaksakan juga tidak mungkin. Perjalanan cukup jauh dengan barang bawaan yang
tidak sedikit. Mendengar itu, rasa kesal terhadap diri sendiri muncul. ’’Kenapa
tadi bilang cancel, harusnya tahan
dulu, dipikirin’’. ‘’Kalau plin plan malah nyusahin diri sendiri’’. Dengan
mencoba untuk berbesar hati, saya izin pulang. Akan tetapi, ketika itu, tepat
di depan kosan Jatu, mereka mengatakan bahwa ‘’puter arah, parkirkan motor,
tinggalkan barang bawaan yang tidak penting’’. ‘’Masih ada slot’’. ‘’Harus di bully, agar tidak menjadi orang yang
plin plan’’. Mendengar perkataan tersebut, rasa kesal terhadap diri sendiri dan
sedih tidak ikut berangkat terakumulasi menjadi pisuhan, sedikit maki-maki.
Namun tetap sadar bahwa yang mereka lakukan adalah untuk kebaikan saya.
Perjalanan dimulai kurang lebih pukul
18.00. Mengendarai mobil avanza. Isinya 8 orang. Aham, Jatu, Aziz, Yume, Denok,
Mira, Ivan, dan saya. Entah kenapa, kompisisinya kok bisa empat cowok empat cewek. Sangat kebetulan dan sangat tidak
memiliki arti apa-apa.
Tidak seperti biasanya, jika dari
sekitaran kampus ke Gunungkidul akan melewati daerah Pathuk. Kali ini, melewati
jalan alternatif, yakni kampusà
Imogiri à
Gunungkidul. Jalanan sangat lengang. Bisa dikatakan sesuai ekspektasi. Pada
umumnya, ketika pergantian tahun, banyak yang akan berkunjung ke pantai di
Gunungkidul. Akibatnya, jalanan utama (melewati Pathuk, red), akan ramai bahkan
macet. Di sisi lain, jalan alternatif akan tetap lengang atau ramai lancar,
karena tidak banyak yang tau.
Setelah lebih dari satu jam perjalanan,
perut yang kosong minta diisi. Forum dalam mobil setuju untuk berhenti sejenak.
Akhirnya menepi di depan sebuah
warung bakmi di Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul. Saya pesan bakmi
rebus dan magelangan, minumnya jeruk hangat. Baik bakmi atau magelangan,
rasanya lumayan. Tidak bedanya dengan warung-warung bakmi lain.
Sesi makan minum buang air lunggah
lunggah tidur-tiduran, sudah selesai. Perjalanan dilanjutkan. Setelah terjadi
berbagai obrolan dan melihat kondisi, diputuskan untuk berlabuh ke pantai Goa
Watulawang. Aziz pernah ke pantai ini. Dia bilang, pantainya masih kurang
terjamah, sehingga sedikit kemungkinan akan ramai di malam pergantian tahun
baru.
Ketika sampai, ternyata sudah banyak
kendaraan terparkir, baik motor atau mobil. Kebetulan, Aziz kenal dengan
pemilik/pengelola pantai, sehingga ada perasaan aman dan nyaman, meskipun
kondisi ramai.
Mobil terparkir. Barang bawaan sudah
diturunkan. Kami siap mendaki bukit karang. Tapi sebelumnya, seorang bapak
datang menghampiri. Ternyata adalah pemilik/pengelola pantai. Aziz langsung
ambil bagian. Memperkenalkan dirinya. Tiba-tiba saja terjadi percakapan yang
sangat ramah, seperti keluarga atau rekan. Setelah sekian menit, kami resmi
mendapatkan izin dan dipersilahkan mencari sendiri lokasi untuk berkemah.
Mengapa bisa begitu? Kok bisa tiba-tiba? Jawabannya adalah bukan tiba-tiba.
Tapi memang Aziz jauh-jauh hari sudah kenal beliau (pemilik/pengelola pantai,red). Sudah berkunjung ke
pantai ketika masih jarang pengunjung dan bangunan. Selain itu, kebetulan juga,
Aziz merupakan pemikir mengenai konsep ‘gubug’ di puncak bukit karang.
Well
done, Ziz. Keep it up.
Sampai juga di puncak. Setelah mendaki
santai bukit penuh karang. Terlihat beberapa orang sudah bersiap untuk acara
bakar-bakaran. Sementara kami? Secara singkatnya, langsung mencari lokasi
mendirikan tenda. Sangat kebetulan, terdapat sebuah gubug pada lokasi yang
dipilih. Kami putuskan untuk istirahat terlebih dulu, baru mendirikan tenda.
Dirasa sudah oke dan mendekati waktu
pergantian tahun, pasukan pendiri tenda bergerak. Dipimpin oleh Aziz dan Mira,
yang telah memilii pengalaman. Berhubung dikerjakan para ahli, tenda pun
berdiri tidak sampai 20 menit. Total terdapat 2 tenda yang didirikan. Sesuai
dengan komposisi gender,
yakni cowok dan cewek.
Tak berapa lama, ketika waktu mendekati
pukul 24.00. Kami beruntung dan sangat beruntung. Lokasi tenda ternyata diapit
oleh pemandangan pantai Indrayanti dan pantai
Pok Tunggal. Dari kedua sisi, masing-masing pengunjungnya menyalakan kembang
api. Meriah sekali. Suara dentumannya bersahutan. Warna warni kembang api
menarik perhatian. Meskipun memiliki kembang api, tidak jadi dinyalakan. Kami
cukup dengan melihat ke arah Indrayanti dan Pok Tunggal.
Sesi kembang api usai. Selanjutnya
adalah bakar-bakar. Lebih tepatnya, bakar jagung. Pemandangan berubah menjadi
gempulan asap, api yang kadang nyala kadang nggak, kayu-kayu ranting, dan
jagung yang sudah dioles keju.
Pergantian tahun ditutup dengan
menikmati indahnya langit di atas bukit
karang Goa Watulawang. Dapat terlihat Milkyway. Ini
pertama kalinya saya melihat secara langsung dan jelas. Selain itu, juga bintang-bintang
yang bertebaran dengan cahayanya.
Ada yang sangat terang ada juga yang terlihat seperti redup. Semakin lama
terasa semakin banyak. Seperti tiga dimensi. Sungguh indah.
Pagi tiba. Isinya adalah membuat sarapan
dan membongkar tenda, lalu pulang. Sebelum sampai kampus, kami lakukan random sampling for the next destination.
Aham selaku driver, dengan sigap
membelokkan arah mobil. Dari jalur utama menuju jalur unknown. Spot random pertama adalah komplek BPPT. Ternyata oh
ternyata. Pemandangannya bagus. Sesaat seperti uluwatu, sesaat seperti bukit
teletubies. Di sekitarannya juga terdapat solar
fuel dan kincir angin.
Spot kedua adalah Pantai Gesing, untuk
berenang dan menyegarkan diri. Setelah itu, kami makan siang-telat di Bale Ayu.
Sampai di kampus kurang lebih pukul 18.30an.
It’s great. Yeah, it’s a great escape.
Great
escapenya adalah akhirnya jadi tau cara mendirikan
tenda, prosedur berkemah di pantai, barang apa saja yang perlu dipersiapkan,jadi
tau kincir angin, jadi tau bentukan solar
fuel kalau dijejer banyak, jadi tau yang mana pantai gesing, jadi tau
rasanya makan di Bale Ayu. Dan tidak lupa, jadi tau juga fenomena pengelolaan
pantai (kalau yang ini, belum di share,
masih perlu dilakukan validasi lebih lanjut).
0 komentar:
Posting Komentar