Apakah karakter bangsa ini memang selalu ingin dipuja dengan segala kelebihannya?
Apakah memang setiap orang di dalam negeri ini ingin dikenal sampai akhir hayat hidupnya?
Apakah memang di negeri ini semua orang ingin menyaksikan apa yang dipertontonkan?
Atau, apakah ini hanya pendapat saya yang cenderung melenceng dari kenyataan . . .
Banyak peristiwa yang saya alami dari hari ke hari, baik itu mempengaruhi saya secara langsung ataupun tidak. Malam ini, sama seperti malam sebelumnya di bulan ramadhan, saya tidak ikut sholat tarawih di mesjid. Walaupun tidak ikut sholat tarawih, saya bisa mendengarkan kegiatan di mesjid dengan jelas -jarak antara toa mesjid dan kamar saya bisa dibilang dekat-.
Ada hal unik yang saya dapat, biasanya penceramah di mesjid akan mengutarakan berbagai hal mengenai keagamaan, namun hari ini entah mengapa saya tidak mendengarnya (atau mungkin saya tidak merasa mendengarnya). Dari balik jendela kamar, saya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh penceramah. Pada awalnya ia (penceramah, red) sedikit mengutarakan apa yang dialaminya pada hari ini, selanjutnya ia mulai masuk kepada topik utama, yakni pembangunan mesjid.
Seluruh isi ceramah yang saya dengarkan malam ini adalah tentang berapa banyak uang yang terkumpul untuk pembangunan mesjid senilai 1,8M, dimana saat ini sudah terkumpul dana sebesar kurang lebih 700 juta. Selain itu, yang saya dengar adalah penceramah yang memberitau jamaah yang ada di mesjid siapa salah satu penyumbang dalam pembangunan mesjid tersebut. Mungkin ini adalah maksud yang baik, agar jamaah yang lain berbondong-bondong mencari pahala melalui infak ke pembangunan mesjid. Karena mesjid adalah rumah ibadah, yang akan dipakai terus menerus sampai hari akhir, dan tentu sudah pasti bagi mereka yang berinfak dengan ikhlas, maka akan mendapatkan pahala sepanjang mesjid itu berdiri dan dimanfaatkan untuk beribadah.
Saya menggarisbawahi kata ikhlas. Dan dari kata Ikhlas inilah saya punya ide untuk menulis -walaupun sebenarnya saya punya tugas yang sudah menunggu-. Pada awal mendengar kata 1,8M saya langsung kagum dan berpikir ''wah, banyak juga dana pembangunannya''. Setelah itu, -seperti yang sudah saya katakan sebelumnya- si penceramah memberitaukan jamaah yang di mesjid siapa salah satu penyumbang dalam pembangunan mesjid tersebut. Setelah mendengar pengumuan itu, saya berpikir ''Apakah tidak menjadi riya, jika sedekah/infak kita diumumkan di depan khalayak ramai. Lantas dimanakah arti Tangan Kanan Memberi Tangan Kiri Tidak Boleh Tau?"
Semoga ini hanyalah penafsiran saya yang salah mengenai isi dari ceramah yang disampaikan penceramah malam ini.
0 komentar:
Posting Komentar