Menulis. Menyebarkan. Saling menginspirasi.

Kenaikan harga BBM dan realita ketimpangan infrastruktur

Ini adalah komentar panjang saya mengenai kenaikan harga BBM atau lebih tepatnya dicabutnya subsidi BBM oleh pemerintah.

Kemarin (17 Juni 2013) terdengar heboh se-Indonesia bahwa banyak mahasiswa yang melakukan demo, bahkan ada beberapa yang bertindak anarkis. Di Yogyakarta, dikabarkan mahasiswa membuat jalanan macet. Kalau sudah macet, sebenarnya yang dirugikan siapa? Kalau melakukan demo, sebenarnya yang diperjuangkan rakyat yang mana?

BBM emang harus naik, karena apa?
Supply dan Demand yang tidak seimbang, atau bisa dibilang Indonesia mengalami defisit, sehingga harus mengimpor BBM. Menurut para pengamat (coba cek google), kandungan minyak di Indonesia akan bertahan setidaknya sampai 2030. Nah ketika sudah habis, menggunakan bahan bakar apa? Apakah Demand akan dipenuhi oleh impor semua? Kalau memang demikian, bisa dipastikan akan terjadi kekacauan harga, karena harga minyak per barel terus mengalami fluktuasi.

Oke, saya memang tidak tau apa-apa tentang BBM. Baik itu cara ngambilnya, ngolahnya, atau menjualnya. 
Tapi pernah sadar gak, kalau impor itu menyebabkan negara semakin tidak berdaulat. 

Coba kita contohkan aja nih, impor kedelai.
Kalau tiba-tiba AS stop impor kedelai, bisa ketebak harga tempe/tahu/olahan lainnya akan melonjak.


nah begitu juga analogikanya ke BBM, kalau terus dibiarkan impor, ketika BBM Indonesia habis, rakyatnya mau kasih minum kendaraannya pakai apa? pakai air putih? 

Selain Supply dan Demand, ini juga terkait APBN, yang kabarnya semakin tergerus akibat subsidi BBM. Subsidi yang notabene dinikmati oleh rakyat menengah keatas.

Saya sadar, kalau BBM naik, uang jajan saya akan berkurang nilainya. Tapi masa iya, gara-gara takut uang jajan berkurang nilainya saya ikutan demo, bakar-bakar ban, buat macet jalanan, dan menghancurkan fasilitas-fasilitas umum.

Pemerintah ngapain takut kalau fasilitas umum dihancurkan atau kendaraan dinasnya dibakar. Toh mereka bisa beli lagi, bisa buat lagi. Tinggal masukin aja dalam daftar anggaran belanja, simpel kan. Nah belanja pemerintah itu lebih dari 50% masih dipenuhi oleh penerimaan pajak. Jadi, kalau menghancurkan fasilitas umum./ bakar kendaraan pemerintah, sebenarnya menghancurkan dan membakar uang sendiri.


Ada anggapan demo BBM itu untuk memperjuangkan rakyat? seriously, saya masih bingung itu rakyat yang mana.
Ketika saya pergi keliling pelosok Gunungkidul (salah satu kabupaten di DIY), yang saya lihat adalah banyak para pelajar (SD, SMP, SMA) dan juga petani yang menunggu angkutan umum lewat. Mereka menunggu dengan sabar, bahkan kadang lebih dari setengah jam.

Nah, kalau BBM sudah naik, yang harus di demo secara besar-besaran adalah tuntut pemerintah untuk menciptakan infrastruktur dan transportasi massal yang baik. 

Saya kasih contoh lain nih, tuntut pemerintah untuk menciptakan infrastrukur dan memperbaiki sarana transportasi  untuk ke Papua, agar bisa menekan biaya.

Yang demo, pernah ngerasain ga beli bensin harganya 10 ribu/liter? Nah, warga di Papua sering merasakan hal itu. Bahkan mungkin harga bensinnya lebih dari 10 ribu/liter.

Saya kasih contoh nyata, dulu saya KKN di Belitung tepatnya di Desa Padang Kandis. Lokasinya jauh dari kota, kalau naik kendaraan pribadi bisa memakan waktu 1 jam. Di Padang Kandis, harga bensin per liter itu berkisar antara 5500 - 6500. Selain itu, di Belitung ketika pasokan bensin datang ke pom-pom bensin yang ada, pasokan tersebut langsung ludes dibeli para pengecer. Sehingga kalau kamu ke Belitung, bisa dipastikan kamu harus beli bensin eceran. (saya KKN tahun 2012)

Yang demo udah tau tentang hal itu belum? terus kalau udah tau, yang di demo masih harga BBMnya?
gagal banget, yang di demo itu sistemnya, kenapa bisa begitu, kenapa dibiarkan hingga akhirnya rakyat (yang benar-benar rakyat) harus menanggung biaya yang lebih tinggi.


Inti dari basa-basi saya ini adalah :
1. Penghematan anggaran oleh pemerintah akibat ditariknya subsidi BBM harus ditujukan untuk perbaikan infrastruktur dan perbaikan transportasi massal.
2. Indonesia bukan hanya pulau jawa, jadi perbaikan infrastruktur dan perbaikan transportasi massal yang dimaksud adalah ditujukan untuk ke-34 propinsi yang ada di Indonesia tanpa terkecuali.
3. Tuntut pemerintah untuk mengadakan research secara kontinu, agar bisa menciptakan bahan bakar yang tidak hanya berasal dari fosil.
4. Tranportasi massal yang baik, dan juga infrastruktur yang baik, saya rasa akan menekan tingginya pengguna kendaraan pribadi.


Kalau yang ini, pendapat dari salah satu pakar


Share:

1 komentar:

  1. Nggak ragu lagi milih Abi jadi Kades/Camat/Lurah Tj.Anom :D

    BalasHapus

Juragan

Popular Posts