Menulis. Menyebarkan. Saling menginspirasi.

Bali : Melarikan Diri untuk Jalan - Jalan



Cerita ini terjadi pada tahun 2010, tepatnya beberapa saat setelah erupsi Gunung Merapi di Yogyakarta. Karena orangtua sudah mulai cemas dengan status Gunung Merapi –media terlalu berlebihan menyampaikan berita— akhirnya disarankan untuk meninggalkan Jogja sampai kondisi di Jogja kembali kondusif / erupsi sudah berakhir.
     
  


Orangtua saya menawarkan untuk pulang ke Medan, namun dengan memperhitungkan biaya oportunitas, akhirnya terpilihlah jalan-jalan ke Bali. Bagaimana bisa ke Bali? Ini jawabannyaaaah

1. Biaya Pulang Pergi Jogja - Medan naik pesawat menelan biaya minimal Rp 1.000.000, sementara untuk jalan-jalan ke bali menelan biaya maksimal Rp 1.000.000.
2.   Saya belum pernah ke Bali
3.   Mungkin selain ini, saya tidak punya kesempatan lagi ke Bali.

Proposal pengajuan biaya serta lamanya hari jalan-jalan telah sukses ditandatangani yayasan beasiswa Orangtua Tercinta. Saya tidak sendiri, ada 2 mahasiswa dan 1 mahasiswi lainnya yaitu Zulfi, Hadi dan Fani --Kebetulan mereka juga berasal dari Medan, tapi ga mau pulang, lebih maunya ke Bali--.


Perjalanan ala backpacker dimulai, KA Ekonomi Sri Tanjung mengantarkan kami menuju Banyuwangi. Berangkat dari Stasiun Lempuyangan sekitar pukul 06.00 dan sampai pukul 21.00. Dalam perjalanan yang hampir 16 jam itu, muka yang semula fresh dengan senyum yang lebar merona berubah menjadi muka kerut lecek, karena ternyata stasiun Banyuwangi merupakan stasiun paling akhir/ paling ujung di Pulau Jawa.




Gambar 1. Ketika sebelum naik KA




Gambar 2. Menunggu kapan sampai di Banyuwangi

Setelah turun dari kereta, langsung keluar stasiun dan mengikuti penumpang lain yang juga ingin ke Bali. Terlihat beberapa orang berjalan cepat menuju pelabuhan untuk naik kapal penyebrangan (Pelabuhan Ketapang – Pelabuhan Gilimanuk). Namun, untuk mengamankan perjalanan, kami lebih memilih naik bis sambil nyebrangnya, sehingga nanti ketika udah sampai di Pelabuhan Gilimanuk nggak kerepotan buat cari transportasi ke terminal di Denpasar.

Gambar 3. Di dalam kapal penyebrangan

Di kapal itu, akhirnya kami bisa senyum setelah melewati lamanya perjalanan di KA dan ditambah sedikit lagi sudah sampai ke Bali. Bali bali bali bali –jadi teringat salah satu iklan komersial di tv hehe--.

Kapal penyebrangan sudah berlabuh di Gilimanuk, perjalanan menuju Terminal di Denpasar dilanjutkan. Setibanya disana, kami langsung naik taksi menuju kawasan Poppies di Kuta –dikenal sebagai kawasan penginapan murah--.

Sayang beribu kali sayang, waktu tiba yang sudah terlalu malam mengakibatkan tidak ada lagi kamar kosong karena sudah penuh pengunjung ataupun full booked. Akan tetapi, bak malaikat yang keluar dari Pantai Kuta, ada seorang bapak-bapak tukang ojek menawarkan kami penginapan dengan biaya yang relatif murah. Hingga akhirnya kami sukses untuk tidak menjadi gelandangan di Bali hehe. 

Dengan biaya Rp 150.000/malam/2orang, penginapan kami bisa dibilang murah dan juga strategis, karena jaraknya tidak jauh dari Pantai Kuta dan tidak pula jauh dari warung makan.

Gambar 4. Kamar penginapan selama di Bali

Sebagai permulaan menjadi turis lokal di Bali, kami awali dengan menikmati Pantai Kuta di pagi hari. Sebenarnya biasa aja pantainya, tapi karena brand yang sudah melekat kuat, jadi rasa puas itu ada ketika bisa menginjakkan kaki disana

Walaupun saya bilang pantainya biasa, tetap saja ada hal-hal yang luar biasa setelahnya. Apakaaah ituuuuuu? Tidak lain dan tidak bukan adalah bule-bule cewek yang berjemur dibawah sinar matahari sembari mengenakan bikini ataupun topless. --sungguh bukanlah hal biasa--.

Karena minimnya pengetahuan dan tanpa persiapan yang berarti, nyaris yang kami tau tentang Bali hanyalah Pantai Kuta. Oleh karena itu, kami meminta bantuan melalui koprol (sebuah socmed) di Bali untuk menginformasikan lokasi wisata yang wajib dikunjungi di Bali. Dari berbagai informasi yang diberikan, selain Kuta terpilihlah GWK, Uluwatu, Tanah Lot, Joger, Dreamland, dan Pasar Sukawati. Sementara untuk Ubud, Jimbaran, Kintamani, Tanjung Benoa, dan lain sebagainya tidak kami kunjungi, karena budget yang minim ataupun waktu yang terbatas.

Dari seluruh lokasi wisata yang dikunjungi, masing-masing memiliki cerita. Uluwatu dengan monyet-monyetnya, Joger dengan berbagai souvenir yang membuat dompet menangis karena isinya sangat terbatas, Pasar Sukawati sebagai ajang negosiasi penjual dan pembeli, Tanah Lot dengan ular misteriusnya, dan yang terakhir adalah GWK. 

Ada cerita khusus untuk GWK, karena saat kami kesana ternyata ada syuting film dan aktrisnya adalah Luna Maya. Tanpa pikir panjang, saya ambil foto Luna Maya berulang kali, dan pastinya gratis. Selain Luna Maya, ada beberapa aktris lainnya, tapi saya tidak tau nama mereka hehe.



Gambar 5. Pantai Kuta


Gambar 6. Uluwatu


Gambar 7. Tanah Lot


Gambar 8. Pasar Sukawati


Gambar 10. Sekitar GWK

Bukan hanya ketemu artis, yang menarik lainnya di GWK adalah adanya pertunjukan seni tari, free of  charge, because the ticket is included the show –englishnya masih belepotan nih--. Tari Kecak itu istimewa banget, suasana yang semula sepi jadi riweuh ramai menarik, karena para penari begitu bersemangat sehingga memaksa penonton tidak boleh memalingkan wajahnya dari pertunjukkan mereka.


Gambar 9. Pertunjukkan di GWK


Gambar 10. Salah satu souvenir di GWK

Setelah selesai mengunjungi semua lokasi wisata tersebut (menaiki motor sewa), akhirnya tiba saatnya kami pulang. Perjalanan pulang tidak semulus ketika berangkat. Dari Kuta kami naik taksi ke Terminal, begitu turun dari taksi, eh sudah ada calo yang menawarkan jasa. Karena polos lugu dan tak berdosa, kami pilih untuk mengikuti calo tersebut –berharap mendapatkan harga yang cocok--. Masukklah kami ke dalam bisnya, calo itu bercerita panjang lebar tentang tarif. Karena menawarkan tarif yang mahal (menurut kami), akhirnya kami pilih untuk mencari bis lain. Belum lagi turun dari bis, calo tersebut seakan mengancam kami untuk tidak melakukan itu (car bis lain), alhasil kami terpaksa naik bisnya, tapi tidak langsung menuju Jogja, melainkan hanya sampai Surabaya, dengan alasan efisiensi biaya.

Sebenarnya tarifnya normal, tapi karena ketika berangkat kami membayar untuk biaya yang lebih murah, jadi kami anggap tarif bis tersebut mahal (Pertimbangan biaya oportunitas). Walaupun sempat tidak terima dan cemas di bis, pada akhirnya kami menyerah juga pada waktu yang sudah larut malam, semua tertidur dalam perjalanan Denpasar – Surabaya (berhenti sekali buat makan). 

Sesampainya di Terminal di Surabaya, kami langsung menuju stasiun Gubeng untuk naik KA ekonomi menuju Jogja.

Perjalanan yang sangat spesial, selain baru kali pertama naik KA selama 16 jam, keinginan saya dan teman-teman juga kesampaian, bisa jalan-jalan ke Bali. 


Biaya Transportasi dan Akomodasi :
1.   KA Ekonomi Sri Tanjung Jogja – Banyuwangi : Rp 28.000 – 28.000
2.   Bis dari Pelabuhan Ketapang – Terminal Denpasar  : Rp 25.000
3.   Taksi Terminal Denpasar - Kuta : sesuai nego 
4.   Penginapan               : Rp 150.000/malam/2orang
5.   Sewa motor              : Rp 25.000/hari
6.   Tiket masuk GWK    : Rp 30.000/orang
7.   Tiket masuk Uluwatu : Rp 4.000/orang
8.   Tiket masuk Tanah Lot : Rp 8.000/orang
9.   Taksi Kuta – Terminal Denpasar : Sesuai nego (saya lupa)
10.   Bis Terminal Denpasar – Terminal di Surabaya  : +/- : Rp 80.000
11.   KA Ekonomi Gubeng – Lempuyangan (Jogja) :  Rp 28.000



Biaya makan :
Tidak dihitung, karena begitu lapar, ya makan hehe


Tips :
1.   Bawa barang sesuai kebutuhan

2.   Pastikan membawa kamera/handycam untuk menyimpan kenangan di Pulau Dewata

3.   Jangan khawatir kalau tidak mendapat penginapan di sekitaran Poppies, masih banyak penginapan lain yang tarifnya Rp 150.000 – 200.000/ malam di sekitaran Pantai Kuta.

4.   Sejauh – jauhnya penginapan di Kuta, tetap tidak akan jauh dari Pantai kuta.

5.   Setiap pagi, di Pantai Kuta ada yang menjual nasi Jinggo (dengan macam-macam lauk), usahakan bangun pagi untuk dapat mencobanya, selain murah enak juga.

6.   Kalau ingin menikmati Bali secara keseluruhan, siapkan uang lebih. Karena menikmati beberapa lokasi wisata seperti Tanjung Benoa, menelan biaya yang cukup mahal (menurut saya).

7.   Kalau tidak mau bawa pakaian yang banyak, siapkan aja uang yang banyak. Pasar Sukawati akan memberikan pakaian yang bagus dengan harga miring, selain itu masih ada Joger yang menjual berbagai souvenir.

8.   Sekian






Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Juragan

Popular Posts