Menulis. Menyebarkan. Saling menginspirasi.

Pantai Klayar, Pacitan : Indahnya Indonesia, Indahnya Pertemanan


Suatu hari, saya coba menghubungi teman-teman kampus yang suka jalan-jalan. ada 1 teman yang member tanggapan positif, namanya Sugiharto. Kami setuju untuk mengunjungi Pulau Sempu, Malang. Namun, karena belum adanya persiapan ditambah uang yang pas-pasan, akhirnya rencana tersebut dibatalkan.

Akan tetapi, karena antusiasme yang tinggi, kami terus berpikir tujuan perjalanan yang lain. Saat itu, beberapa teman kampus yang lain mengusulkan ‘bagaimana kalau kita ke pantai?’’, saya dan Sugiharto setuju. Pada awalnya yang diusulkan adalah pantai di sekitaran Gunung Kidul, tapi pada akhirnya yang menjadi tujuan  adalah Pantai Klayar, Pacitan.

Setelah memastikan tujuan, terhitung ada 11 orang yang berangkat, yaitu saya, Sugiharto, Hamdan, Rahma, Rahma Ciptaningrum, Zen, Dewi, Fitri, Alimudin, Vivi, dan Sista. Ditentukan pada tanggal 26 Februari 2011, sementara jadwal berangkatnya adalah 27 Februari 2011. Komposisi perjalanan cukup unik, karena mayoritas adalah cewek (7 orang).

Tiba tanggal 27 Februari, semuanya kumpul dikosan Fitri jam 06.00 --agar tidak kemalaman pulangnya, tapi di pantainya tetap bisa lama--. Fakta berbicara lain, rencana  berangkat jam 06.00, akhirnya berangkat sekitar jam 08.00.

Perjalanan Yogyakarta-Pantai Klayar, Pacitan kami tempuh melalui jalur selatan, motor berdampingan dan berjalan perlahan. Ketika melewati pos polisi di wilayah Wonosari, salah satu dari kami ditilang oleh polisi --alasannya adalah knalpot motor yang tidak standar (suara gede)--. Tanpa memperlama urusan tersebut, kami minta untuk diurus nanti di pengadilan saja, (biar jadwal ke pantai tidak terganggu).

Perjalanan kembali dilanjutkan, setelah 20 menit berlalu, ada salah satu motor yang bannya bocor. Sambil menunggu tambal ban selesai, kami cerita ngalor-ngidul tentang alasan berangkat ke Pantai Klayar, padahal waktu tempuhnya sekitar 4-6 jam --pada saat itu ada keraguan untuk membatalkan perjalanan berhubung waktu sudah semakin siang, namun karena antusiasme yang tinggi, perjalanan menuju Pantai Klayar tetap dilanjutkan--. Ketika melewati Wonogiri kami dipertunjukkan pemandangan alam yang indah, dan sebuah museum gunung karst.

Perjalanan sudah ditempuh selama 2 jam lebih, tanpa sengaja Hamdan dan Zen terjatuh karena tergelincir akibat lubang yang terutupi oleh genangan air. Ketika sadar bahwa ada lubang, Hamdan menggunakan rem depan untuk berhenti, karena sekitar lubang banyak pasir, motor tergelincir dan kemudian jatuh.

Kami sejenak menepi, meminta bantuan ke warga sekitar lokasi tersebut, alhamdullillah warga sekitar sangat baik dan mau menolong. Warga menyarakankan agar segera dibawa ke rumah sakit setempat –Peristiwa tersebut membuat kami semakin ragu untuk melanjutkan perjalanan--. Akibat peristiwa itu, kaki Zen menjadi lecet sehingga susah untuk jalan seperti biasa.


 
Gambar 1. Suasana di rumah sakit

Perjalanan tetap dilanjutkan, akhirnya kami melewati tulisan selamat datang di Provinsi Jawa Timur, lokasi tepatnya adalah Pacitan. Selang beberapa saat kemudian,  kami sampai di Pantai Klayar, Pacitan.

Gambar 2. Pantai Klayar, Pacitan


Hal yang pertama kali dilakukan adalah mencari parkiran motor dan kemudian mampir ke warung makan. Setelah selesai makan, langsung mencari tempat untuk berfoto-foto ria. Namun sangat disayangkan  Zen tidak bisa ikut karena kakinya sakit kalau dipaksakan jalan.

 Gambar 3. Dudung berpose di tepi pantai

Gambar 4. Sugiharto, Vivi, Alimudin, Sista, dan Hamdan

Gambar 5. Berfoto dengan background Pantai Klayar

   Ketika mengelilingi pantai, kami dikejutkan dengan adanya cipratan air yang keluar dari rongga bebatuan. Cipratan air atau disebut juga Air mancur ini terjadi karena gelombang tekanan udara di laut yang menghantam batu batuan berongga. 

(http://www.wisatanesia.com/2010/05/pantai-klayar-pacitan.html).

Gambar 6. Air mancur Pantai Klayar

Hari semakin sore, hujan yang lumayan deras mengiringi perjalanan pulang, masing-masing kendaraan dibawa secara perlahan dan berbaris sambil menerka jalan yang dilewati. Tak berapa lama kemudian, kami melihat sebuah supermarket, lalu berteduh sembari menunggu hujan reda.

Perut menjadi lapar karena kehujanan, di dekat supermarket itu ada penjual gorengan. Hanya dalam beberapa menit, gorengan si penjual tersebut habis dibeli oleh kami. Setelah selesai makan, kami berdiskusi mau lewat jalur mana --jalur yang berbeda atau jalur yang sama ketika pergi--. Hasil diskusi tersebut adalah melewati jalur yang berbeda.

Untuk memastikan rute perjalanan, kami bertanya kepada warga setempat (Sekitar supermarket) tentang arah jalan --bukannya memberitahu arah jalan dengan jelas, mereka malah memberitahu bahwa jalan yang akan dilewati sering terjadi kejahatan, apalagi kalau malam--. Walaupun demikian, kami tetap melalui jalan tersebut.

Motor kembali dinyalakan, perjalanan pulang dilanjutkan. Apa yang dikatakan warga tadi benar --namun tidak sepenuhnya--. Setelah berjam-jam melewati kegelapan, akhirnya sampai di terminal bis Pacitan. Suasana begitu kontras, dari yang tadinya gelap menjadi terang, sepi menjadi rame, dan suasana tegang perlahan mencair. Alhamdullillah kami tidak mengalami sedikitpun tindak kejahatan.

Setelah sampai di terminal, kami sadar bahwa akan melewati kota Solo, diniatkan untuk mencoba nasi liwet khas Solo. Kurang lebih 1 jam dari terminal bis Pacitan, kami sampai di Solo. Dari jalanan kota itu, terlihat di pinggir jalan sebuah warung lesehan yang menyajikan berbagai makanan termasuk nasi liwet. Kami berhenti dan makan di warung tersebut. Setelah selesai makan, perjalanan pulang dilanjutkan.

Ketika sampai di Yogyakarta, kami langsung berpisah dan menuju kosan masing-masing dengan rasa letih yang tak tertahankan, dan pengalaman perjalanan yang sungguh menegangkan.











Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Juragan

Popular Posts